“Bang! Es degannya tambah lagi
dong,“ kataku kepada abang penjual es degan sambil menyerahkan gelas kosong
yang ada ditangan. Entah lelah karena hampir seharian berkeliling kota
Yogyakarta, atau karena memang cuaca hari ini sedang panas-panasnya yang jelas
aku merasa dehidrasi.
Sembari menunggu gelas es deganku
terisi kembali, hpku berbunyi ada satu notifikasi pesan facebook yang masuk. Ke
Yogyakarta nggak berkabar, ayo ketemuan. Begitu isi pesan singkat yang dikirim
oleh teman yang aku kenal melalui salah satu sosial media. Setelah meminta persetujuan
kepada tiga orang teman seperjalananku, segera aku membalas pesannya,
mengiyakan ajakannya untuk bertemu.
“Halo Bang, aku Rara, Ini Lulu,
Fahri, dan Bang Apit,” kataku memperkenalkan diri dan ketiga teman seperjalananku.
“Halo, aku Lucky“ balasnya juga memperkenalkan diri. Waktu itu sekitar pukul 7
malam, kami sudah berkumpul disalah satu kedai kopi, dimana kami berjanji untuk
bertemu. Tidak butuh waktu lama setelah perkenalan singkat tadi, kami sudah
larut dalam obrolan seru. Aku menceritakan bagaimana pertemuan pertamaku dengan
Lulu, Fahri, dan Bang Apit di stasiun, hingga akhirnya kenyamanan melakukan
perjalanan bersama mereka membuatku enggan berpisah dengan cepat. Jadilah kami
menginjakkan lagi kaki kami di kota Yogyakarta, kota penuh kenangan masalalu
yang masih membuat hatiku ngilu.
“Oh iya, besok pagi Traveller
Kaskus ikut acaranya Komunitas Kota Toea Magelang. Djelajah Plengkoeng,
seingatku itu nama acaranya. Kalau kalian mau, gabung aja.“ Kata Bang Lucky
setelah menyeruput kopi hitamnya. “Wah! Magelang? Hayuk atuh, kebetulan rumah
pakdhe saya itu di desa Candirejo dekat Borobudur. Jadi kalau mau, kita bisa
menginap disana malam ini,” sahut Fahri dengan logat Sundanya. Tawaran dan
usulan yang menggoda, tanpa pikir dua kali akhirnya kami memutuskan berangkat
ke Candirejo malam itu juga.
![]() |
Bersama Traveller Kaskus di alun-alun Kota Magelang |
Pagi itu kami berempat sudah
berkumpul di alun-alun kota Magelang, tempat meeting point bersama anak-anak Traveller Kaskus (travellerkaskus.com).
Lulu mengajak kami sarapan soto sembari menunggu yang lain, supaya ngantuk
hilang katanya. Ketika asik menikmati soto, tiba-tiba didepan kami muncul
seorang pria dengan raut wajah yang tidak ramah. “Kalian rombongan dari
Yogyakarta yang mau ikut acara Djelajah Plengkoeng?“ tanyanya dengan nada
lumayan tinggi. Jelas saja kami tekejut, ada sedikit rasa kesal disapa seperti
itu ketika sedang makan. “ Iya Mas. Masnya dari Traveller Kaskus ya?”, Bang
Apit dengan cepat mencairkan suasana. Setelah perkenalan singkat, kami
menyelesaikan sarapan dan kemudian meninggalkan alun-alun kota Magelang menuju meeting point bersama Komunitas kota
Toea Magelang dan peserta Djelajah Plengkoeng lainnya.
Aku tidak pernah menyangka
belajar sejarah bisa begitu menyenangkan. Komunitas Kota Toea mengemas acara
ini secara apik, hingga para peserta menjadi begitu antusias. Rasa kekeluargaan
dengan cepat muncul karena guyonan dari mas garang yang belakangan aku tahu ia
bernama Syukron. Syukron besar di Papua, jadi wajar jika bicaranya bernada agak
tinggi seperti sedang marah. Seharian bersama Traveller Kaskus banyak cerita dan
pengalaman yang kami bagi. Aku yang tadinya agak tidak suka dengan Syukron
sekarang menjadi suka mengobrol dengannya.
Awalnya aku berfikir mendapatkan
teman perjalanan yang menyenangkan seperti Lulu, Fahri, Bang Apit mungkin cuma
kesempatan sekali seumur hidup. Aku sebelumnya selalu merasa susah untuk
mendapatkan teman perjalanan yang menyenangkan. Tapi hari ini pikiran itu
terbantahkan. Ada yang berubah dari sudut pandangku. Mendapatkan teman
perjalanan yang menyenangkan itu tergantung bagaimana kita membuka diri. Karena
teman yang menyenangkan itu ada dimana-mana. Hingga saat ini aku tidak hanya
menemukan teman perjalanan yang menyenangkan tapi juga menemukan keluarga.
![]() |
Setelah usai mengikuti Djelajah Plengkoeng |
Wah blog baru lagi nih. Mendingan ini lah nama blognya gak alay hahahaha
BalasHapusGanti nama kok itu weeek..
Hapusaku juga alay belajar dari kamu mas ππππππ