Minggu, 15 November 2015

Amed, Perjalanan Mengenal Kembali Rumah

Amed dari Bukit Jemeluk
Di salah satu kedai kopi di Bali saya diledek seorang teman. Dia bilang, “Ra’, km balik ke Bali kok muka kusut gitu? Bukannya orang kalo pulang kerumah itu harusnya bahagia?”.
“Gak tau ni, kok ngerasa asing ya sama Bali,” saya menjawab sekenanya.

“Bah kelamaan merantau kau itu. Sudah besok weekend kau ikut aku saja, Kita ke Amed, Karangasem. Itu salah satu tempat favoritku di Bali. Kenali lagi Bali mu. Supaya jangan kau seperi tamu di rumahmu sendiri.”


Keesokan paginya tepat pukul 07.00 pagi waktu Indonesia bagian tengah, saya sudah ambil posisi di motor kesayangan teman. Dan perjalanan kami dari Denpasar menuju Amed pun dimulai. Sepanjang perjalanan kantuk saya perlahan hilang, mata mulai berbinar melihat pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan. Dari hamparan laut lepas dan barisan bukit-bukit yang menghijau segar. Sampai ketika sudah memasuki daerah Karangasem mata sayapun dimanjakan lebih lagi oleh pemandangan khas desa yang tampak anggun berbalut bukit hijau serta hamparan sawah. Udara yang sejuk dan keadaan yang tenang memberikan rasa nyaman.

2,5 jam yang terasa singkat dan akhirnya tibalah kami di Amed. Kami langsung menuju titik point pertama yaitu bukit Jemeluk. Dari bukit jemeluk kita bisa menyaksikan keindahan pantai Amed yang berlatar gunung Agung yang gagah. Bukit Jemeluk merupakan salah satu spot foto terbaik di Amed, dari bukit ini kita juga bisa melihat cantiknya matahari yang terbit di pagi hari dan langit yang menjingga ketika matahari terbenam.

Setelah puas menikmati pemandangan dari Bukit Jemeluk dan tentunya mengambil beberapa foto. Kami putuskan untuk mencari makan, meredakan perut yang sudah mulai berisik. Kami singgah disebuah tempas makan yang terletak dipinggir pantai dan tanpa komando kami langsung memesan makanan yang kami inginkan. Harga makanan di daerah Amed relatif murah dibandingkan seperti di Kuta dan sekitarnya. Masih bisa dibilang terjangkau dikantong anak kost.

Pantai Amed
Hari mulai siang, perutpun sudah kenyang. Tapi Amed benar-benar tidak mengijinkan untuk bermalas-malasan. Pantai yang tenang dan jernih itu sangat menggoda untuk diajak bermain-main. Kami pun menyewa alat snorkling yang murah menurut saya. Satu set alat snorkling cukup dibayar Rp.75.000,- saja, untuk yang ingin mengabadikan keidahan alam bawah laut tapi tidak mempunyai kamera underwater kita bisa menyewanya dengan harga Rp150.000,-.

Memang benar jika dikatakan pantai Amed merupakan salah satu spot snorkling terbaik di Bali. Untuk ukuran saya yang tidak berani berenang jauh ketengah laut dan harus menggunakan pelampung, pemandangan bawah laut pantai Amed sudah membuat saya kagum. Dari bibir pantai yang langsung membentuk palung, hanya perlu berenang sedikit saja sudah bisa menyaksikan karang-karang yang cantik juga beraneka ragam ikan yang berwarna warni dan lucu-lucu. Tidak hanya snorkling saja, tapi di Amed pun banyak wisatawan domestik atau mancanegara yang datang untuk diving. Setelah kurang lebih 2 jam kami bolak balik snorkling, istirahat, snorkling lagi, akhirnya kami memutuskan menyudahi bermain air karena hari sudah mulai sore dan kami harus kembali ke Denpasar.


Serius bawah laut Amed itu cakep
Selesai berganti baju, kami masih menghabiskan sedikit waktu dengan bersantai dipinggir pantai. Keramahan penduduk di Amed sangat menyentuh hati saya. Anak-anak yang bermain disekitaran pantai sesekali mengajak bercanda dengan tingkah mereka yang lucu dan menggemaskan. Rasanya nyaman sekali. Nyaman seperti dirumah sendiri. Mungkin benar kata teman saya, kadang keasingan itu ada karena kita yang tidak mau mengenali. Saya benar-benar ingat apa yang dikatakannya sebelum kami pulang. “Kamu orang Bali, kenalilah benar-benar Balimu sehingga kamu bisa dengan bangga memperkenalkan rumahmu sendiri kepada orang lain.”


2 komentar: